Bigorexia: Ketika Obsesi Menjadi Kuat dan Kekar

  • Whatsapp
Bigorexia: Ketika Obsesi Menjadi Kuat dan Kekar

Bigorexia – Dalam era modern ini, perhatian terhadap tubuh dan kebugaran menjadi semakin penting bagi banyak orang. Tampil sehat dan bugar sering kali dianggap sebagai tujuan yang baik. Meskipun memiliki kesadaran akan kesehatan dan kebugaran adalah hal yang positif, seperti halnya segala sesuatu dalam hidup, obsesi yang berlebihan terhadap tubuh yang ideal dapat berubah menjadi masalah serius.

Salah satu gangguan yang berkaitan dengan obsesi terhadap tubuh ini adalah bigorexia, sebuah kondisi psikologis yang jarang terdengar namun memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan individu yang mengalaminya. Dalam artikel ini, kita akan membahas bigorexia lebih dalam, faktor penyebabnya, dan tanda-tanda yang perlu diwaspadai.

Read More

Apa Itu Bigorexia?

Menurut European Eating Disorders Review, bigorexia, juga dikenal sebagai gangguan dismorfik otot (Muscle Dysmorphia), adalah gangguan psikologis yang berkaitan dengan obsesi terhadap ukuran, bentuk, dan kekuatan tubuh yang besar dan berotot. Kebalikan dari anoreksia, di mana orang-orang terobsesi dengan menjadi kurus.

Dalam bigorexia, semuanya berfokus pada keinginan untuk menjadi lebih besar dan lebih berotot. Orang yang mengalami bigorexia sering kali merasa bahwa tubuh mereka terlalu kecil atau kurang berotot, meskipun kenyataannya mereka mungkin sudah memiliki tubuh yang sangat berotot atau besar. Kondisi ini lebih umum terjadi pada pria, tetapi juga bisa memengaruhi wanita.

Bigorexia bukan hanya tentang keinginan untuk menjadi kuat atau bugar; ini adalah obsesi yang bisa mengganggu kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan mental seseorang. Memahami bigorexia dan mengenali tanda-tandanya adalah langkah penting untuk mencari bantuan dan mengatasi gangguan ini.

Faktor Penyebab Bigorexia

Salah satu faktor utama yang memicu bigorexia adalah tekanan sosial yang ada dalam komunitas kebugaran. Budaya yang menekankan tubuh ideal yang berotot dan kuat dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi banyak orang.

Individu yang terlibat dalam dunia kebugaran sering merasa terdorong untuk mencapai standar tertentu yang mungkin sulit dipertahankan. Tekanan dari teman, rekan latihan, dan pelatih kebugaran sering kali memainkan peran penting dalam mendorong seseorang untuk mengembangkan obsesi terhadap ukuran dan kekuatan tubuh, yang bisa berujung pada bigorexia.

Selain itu, media sosial dan industri kebugaran juga memainkan peran besar dalam mempromosikan standar tubuh yang tidak realistis. Individu dengan bigorexia sering terpapar dengan gambar tubuh yang “sempurna” dari selebriti kebugaran, influencer, dan pengguna media sosial lainnya. Paparan ini dapat memperkuat keyakinan bahwa tubuh mereka masih belum cukup besar atau berotot, meskipun kenyataannya mereka mungkin sudah memiliki fisik yang sangat mengesankan.

Faktor-faktor ini, jika terus menerus dialami, dapat menyebabkan seseorang mengembangkan gangguan dismorfik otot atau bigorexia, yang bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Dampak Paparan Media dan Tanda-Tanda Bigorexia

Penelitian oleh Sanzari (2023) menunjukkan bahwa paparan berlebihan terhadap gambar-gambar tubuh ideal di media sosial dapat memicu perasaan tidak puas terhadap tubuh sendiri dan memperkuat obsesi untuk menjadi lebih besar dan lebih kuat. Hal ini dapat menjadi salah satu pemicu utama berkembangnya bigorexia.

Tanda dan Gejala Pengidap Bigorexia

Bagaimana cara mengidentifikasi seseorang yang mungkin mengalami bigorexia? Menurut studi yang dipublikasikan dalam The Journal of Clinical Psychiatry, ada beberapa ciri dan perilaku khas yang perlu diwaspadai.

Secara fisik, individu dengan bigorexia mungkin menghabiskan waktu yang berlebihan di gym, melakukan latihan yang terlalu intens hingga berisiko mengalami cedera. Mereka juga cenderung sangat bergantung pada suplemen seperti protein bubuk atau kreatin, dan dalam beberapa kasus, bahkan menggunakan steroid untuk mempercepat pertumbuhan otot. Perilaku ini tidak hanya berpotensi menyebabkan masalah fisik, tetapi juga dapat berdampak negatif pada aspek sosial dan emosional.

Dari segi perilaku, seseorang dengan bigorexia sering kali menunjukkan kebiasaan memeriksa fisik mereka di depan cermin atau secara berlebihan mengukur bagian tubuh mereka. Mereka mungkin sangat ketat dalam hal diet, sering kali menghindari makanan tertentu atau mengikuti diet yang ekstrem. Selain itu, ketika berurusan dengan aktivitas sosial, mereka mungkin menghindari situasi di mana mereka merasa tubuh mereka tidak dalam kondisi terbaik, yang pada akhirnya dapat mengarah pada isolasi sosial.

Memahami tanda-tanda ini penting agar bigorexia dapat dikenali sejak dini dan ditangani dengan tepat untuk mencegah dampak yang lebih parah pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Dampak Emosional Bigorexia dan Pengobatan yang Diperlukan

Secara emosional, bigorexia dapat merusak harga diri dan hubungan sosial. Orang-orang yang mengalami bigorexia sering kali mengaitkan harga diri mereka dengan penampilan fisik, yang mengarah pada perasaan tidak puas yang konstan. Ini dapat mengakibatkan hubungan yang merenggang, karena mereka mungkin lebih memprioritaskan rutinitas kebugaran mereka daripada menghabiskan waktu bersama orang-orang yang mereka cintai.

Pengobatan dan Pendekatan Terapi

Mengatasi bigorexia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan dukungan dari profesional kesehatan mental. Terapi kognitif perilaku (CBT) telah terbukti efektif dalam membantu individu mengatasi obsesi dan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka. CBT membantu individu mengenali pola pikir negatif mereka terkait tubuh dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih sehat dan realistis.

Selain CBT, terapi keluarga juga bisa menjadi bagian penting dari pemulihan. Dalam terapi keluarga, anggota keluarga dapat memainkan peran kunci dengan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan dan membantu menciptakan lingkungan yang mendukung proses pemulihan.

Dalam dunia yang semakin terobsesi dengan penampilan fisik, bigorexia adalah peringatan serius bahwa obsesi terhadap tubuh yang ideal dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Gangguan ini tidak hanya memengaruhi individu yang mengalaminya, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial dan emosional yang sangat penting dalam kehidupan.

Penting untuk diingat bahwa tubuh ideal tidak selalu berarti tubuh yang besar dan berotot. Kesehatan sejati melibatkan keseimbangan antara fisik, mental, dan emosional. Mencapai keseimbangan ini adalah kunci untuk hidup yang sehat dan bahagia, di mana penampilan fisik tidak menjadi satu-satunya ukuran nilai diri.

 

Baca artikel dan berita menarik dari Googlywoogly.co

Baca juga artikel seputar Nutrisi dan Perawatan atau berita teknologi dari cuaninaja.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *